Al-Qur'an selalu memainkan peranan utama dalam perkembangan tulisan
Arab. Keperluan untuk merakam al-Qur'an memaksa memperbaharui tulisan
mereka dan memperindahnya sehingga ia pantas menjadi wahyu Ilahi.
Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad dalam bahasa Arab dengan
perantaraan malaikat Jibril. Baginda menerima wahyu dan menyiarkannya
sampai wafat pada tahun 632 M, sesudah itu wahyu tidak turun lagi dan
penyebarannya dari orang mukmin yang satu kepada yang lain secara lisan
oleh para Huffaz (mereka yang hafal al-Qur'an dan dapat membaca dalam
hati).
Pada tahun 633, sejumlah huffaz ini terbunuh dalam
peperangan yang timbul setelah wafatnya Nabi. Ini memberikan peringatan
kepada kaum Muslimin, khususnya Umar bin Khatab. Umar mendesak Khalifah
pertama Abu Bakar supaya mengerjakan penulisan al-Qur'an.
Juru
tulis Nabi, Zayd bin Thabit diperintahkan menyusun dan mengumpulkan
wahyu ke dalam sebuah kitab, yang kemudian ditetapkan oleh Khalifah
ketiga, Usman, pada tahun 651. Penyusunan yang disucikan ini kemudian
disalin ke dalam empat atau lima edisi yang serupa dan dikirim ke
wilayah-wilayah Islam yang penting untuk digunakan sebagai naskah kitab
yang baku.
Abad ke-13, di mana bersama Yaqut, adalah abad
kehancuran dan pembangunan kembali di negeri Islam Timur. Penghancuran
tu terjadi akibat serbuan Jengis Khan (1155-1227) dan pasukan Mongolnya,
dan memuncak dengan ditaklukannya Bagdad oleh putranya Hulagu pada
tahun 1258 dan kejatuhan terakhir kekhalifahan Abbasiyyah.
Pembangunan kembali hampir secara langsung oleh pemantapan kekuasaan
Mongol, dan putera Hulagu, Abaga (1265-82), adalah penguasa pertama yang
memberikan gelas Il- Khan (penguasa Suku) bagi dinasti baru tersebut.
Adalah sangat menakjubk bahwa Islam mampu, setelah dihancurkan
sedemikian rupa, bangkit kembali dan meneruskan vitalitasnya yg tak
pernah berkurang. Kurang dari setengah abad setelah kehancuran Bagdad,
Islam memperoleh kemenangan atas penakluknya yang kafir, sebab, tidak
hanya buyut Hulagu, Ghazan (1295-1305) memeluk Islam, melainkan dia juga
yang menjadikan Islam sebagai agama resmi seluruh negeri yang
diperintahnya.
Ghazan menjadi seorang Muslim ya terpelajar,
teguh dan membaktikan sebagian besar hidupnya demi kebesaran Islam dan
kebangkitan kembali kebudayaannya. Dia memberikan dorongan yang amat
besar terhadap seni Islam, termasuk kaligrafi dan penyalinan buku!
Tradisi ini dilanjutkan oleh saudara dan penggantinya Uljaytu
(1306-16), yang pemerintahannya berlimpah dengan kebesaran seni dan
kemajuan sastra. Dia beruntung memiliki menteri dua tokoh yang
berpikiran terang, Rashid al-Din dan Sa'd al-Din, yang mendorong dia
melindungi kaum terpelajar, para seniman dan ahli kaligrafi.
Di
bawah kekuasaannya, seni kaligrafi dan penerangan Il-Khanid mencapai
puncaknya, sebagaimana dapat dilihat dari salinan al-Quran yang sangat
indah dalam tulisan Rayhani yang ditulis atas perintah Ulyaytu dan
disalin serta diperterang pada tahun 1313 oleh Abd Allah ibn Muhammad
al-Hamadani.
Pendekar kaligrafi yang lain pada masa awal
dinasti Il-Khan, yang dibimbing oleh Yaqut, adalah Ahmad al-Suhrawardi,
yang meninggalkan untuk kita salinan al-Qur'an dalam tulisan Muhaqqaq
tahun 1304. Yaqut menarik perhatian sejumlah besar muridnya, tidak hanya
karena berusah menyainginya namun juga bangga mengatributkan karya
mereka kepadanya; yang menolong mengabadikan kemasyurannya.Uljaytu
diikuti oleh putranya, Abu Sa'id (1316-34), yang ketika memerintah,
kemerosotan politik mulai berlangsung. Tetapi kehidupan budaya memuncak,
termasuk seni kaligrafi, walaupun tidak berlangsung lama. Kemajuan ini
khususnya karena sebagian besar murid Yaqut tumbuh pada masa ini. Di
antara mereka yang menjadi pendekar kaligrafi yang mandiri, melengkapi
pendekar yang baru kita sebut, adalah Mubarak Shah al-Qutb (w.1311),
Sayyii Haydar (w. 1325), Mubarak Shah al-Suyufi (w. 1334), Abd Allah
al-Sayrafi (w. 1338) yang meninggalkan untuk kita sebuah kaligrafi yang
indah sekal ditandatangani dan berangka tahun 1323, lalu Abd Allah
Arghun (w. 1341) da. Yahya I-Jamali I-Sufi.
Untungnya al-Sufi
meninggalkan kepada kita sebuah salinan aI-Quran yang indah dalam
tulisan emas Muhaqqaq dengan huruf hidup biru, berangka tahun 1345,
sebagai monumen bagi keahliannya di bidang seni kaligrafi.
Tokoh lain adalah Muhammad ibn Yusuf al-Abari, yang meninggalka untuk
kita salinan al-Qur'an dalam tulisan Thuluth yang mendekati tulisa
Rayhani, yang cukup menarik perhatian.
Dinasti Il-Khanid
bertahan sampai akhir abad ke-14, kemudian digantika oleh dinasti
Timurid, yang didirikan oleh Timur yang agung, dikenal dalam bahasa
Inggris sebagai Tamerlane (w. 1405). Meskipun dia dikenal dunia karen
kejahatannya sebagai pembinasa besar, tetapi dalam hidupnya di kemudiari
hari setelah memeluk Islam. Dia sering mengumpulkan para seniman
terbaik, kam terpelajar, pelukis dan para ahli kaligrafi di
wilayah-wilayah yan ditaklukkannya, dan membawa mereka ke ibukota,
Samarkand.
Timur Leng memberikan perhatian istimewa terhadap
senikaligrafi, da secara langsung bertanggungjawab atas terciptanya gaya
baru penulisan al Qur'an yang sesudah wafatnya disebut menurut namanya,
dan menggantika gaya dinasti Il-Kahanid Mongol yang awal.Berbeda dengan
gaya Il-Khanid, yg mencapai kemegahan dengan salinan al-Quran besar
dalam tulisan monumental yang berpola megah dan geometris, gaya Timurid
bertujuan menciptakan keseimbangan antara keindahan dan kemegahan dengan
memadukan penulisan huruf yang jelas dalam kitab al-Qur'an besar dengan
pola tumbuhan yang sungguh indah, mempesona, lembut pewarnaannya,
terpadu dengan tulisan ornamental Kufi Timur yang begitu indah sehingga
hampir tak ketara.
Untuk pemakaian tulisan besar, tulisan
Rayhanilah yang dipilih secara tetap, dan keindahannya ditonjolkan
dengan penulisan huruf hidupnya yang menggunakan pena yang 1ebih bagus
dari pena biasa. Tulisan naskhi dipakai untuk halaman yang kurang lebar,
namun memberikan kejelasan dan kemurnian garis yang lebih besar yang
kemudian mempengaruhi Ta-liq Persia dan Naskhi India.
Walaupun
praktek pemakaian bermacam gaya dan ukuran tulisan yang berbeda pada
halaman yang sama mengulangi praktek yang berlaku di masa Ibn Muqlah,
mungkin gaya Timuridlah yang pertama kali memperluas pemakaiannya untuk
penulisan al-Qur'an.
Sifat dan ciri tulisan masa Timurid
khususnya tercermin sekali dalam kitab2 al-Qur'an besar, di antaranya
adalah salinan paling besar yang pernah dihasillkan. Sebuah anekdot
menarik yang menceritakan kecintaan Timur Leng kpda al-Qur'an besar
adalah kisah 'Umar Aqta', orang yang diperintahkan Timur Leng menulis
kitab al-Qur'an. Umar akhirnya mempersembahkan salinan al-Qur'an kepada
Timur Leng dalam tulisan Ghubar, salinan itu sekecil cincin stempel.
Timur Leng menerima persembahan ini dengan sikap menghina oleh karena
ukurannya yang kecil; sedang Umar meminta kembali al-Qur'an kecil itu
tanpa rasa takut dan menyalin al-Qur'an lain dalam tulisan Tumar, tiap
halaman hampir satu meter ukurannyaj dan oeh karena itu dia mendapatkan
hadiah besar.Tradisi kaligrafi murni ini dilanjutkan oleh pengganti
Timur Leng. Putranya, Shah Rukh (1405-47), adalah seorang Muslim taat
yang menghargai kaligrafi sedemikian tinggi dan dialah yang
memerintahkan penyalinan banyak kitab al Quran yang indah. Dia juga
memiliki seorang putra yang sangat ahli di bidang ini. Salah satu dari
sejumlah al-Qur'an dari masa pemerintahannya yang ada sekarang adalah
buah tangan ahli kaligrafi Timurid terkemuka Muhammad al Tughra'i,
disalin tahun 1408 dalam tulisan Muhaqqaq emas.Putra Shah Rukh, Ibrahim
Sultan, menjadi salah seorang ahli kaligrafi terkemuka pada masa itu,
spt terlihat dari al-Qur'an yang dia salin dalam tulisan Rayhani emas
pada thn 1431. Putra Shah Rukh yag lain, Baysunghur (w. 1433) adalah
tokoh budaya yang berbakat pada masa Timurid dan setaraf kedudukannya di
antara para kolektor buku tingkat dunia.
Sepanjang hidupnya
dia mengayomi seni dan pengkajian ilmu, menghimpun banyak seniman, ahli
kaligrafi, penjulid buku & pelukis yang mengembangkan gaya yang
indah dari produksi buku madzab Timurid, menonjol karena salinan
al-Qur'annya yang indah dan berjilid-jilid ,salinan epik Persia yang
mempesona, dengan lukisan miniatur dan hiasan lain yg bagus.
Pencinta buku lain adalah Sultan Husayn (w. 1506), yang dari istananya
di Herrat lahir salinan-salinan al-Qur'an dalam gaya Timurid yang sangat
indah. Antara para ahli kaligarafi hebat zaman Timurid yang paling
berbakat, sebagai tambahan bagi nama-nama yang dah disebutkan, adalah
Abd Allah ibn Mir Ali, Ja'far al-Tabrizi, Muhammad Mu'min ibn 'Abd
Allah, Abd Allah al-Tabbakh & muridnya, Abd al-Haqq al-Sabzawari.
Kekhalifahan Mameluk, yang menegakkan dinastinya (1250-1517) terutama
di Mesir dan Siria, memerintah untuk menyelamatkan wilayah Dar aI-Islam
mereka dari kehancuranyang melanda provinsi-provinsi Timur, sehingga
kelanjutan kehidupan budaya terpelihara. Apresiasi mereka yang tinggi
terhadap seni Islam secara umum membuat mereka jadi pelindung seni
kaligrafi hiasan al Quranan yang sangat gairah, yang memuncak hingga
mencapai tingkat yang paling tinggi, menyaingi pencapaian dinasti
Il-Khanid di Timur.
Malahan, sampaii sekarang pun banyak
salinan al-Qur'an peninggalan dinasti Mameluk dipandang sebagai puncak
karya kaligrafi yang tak pernah tertandingi.Sultan besar dinasti Mameluk
yang pertama adalah Rukh al-Din Baybars I (1260-77). yang tersohor baik
dalam peperangan maupun dalam perdamaian, dan pelindung besar seni.
Baybars diikuti oleh sederet panjang sultan Mameluk, yang paling besar
adalah Qalawun (1279-90) dan putranya, aI-Nasir, yang memerintah dalam
tiga masa antara 1293 dan 1340, al-Ashraf (1363-76) dan Barquq
(1387-98).
Untungnya sejumlah salinan al-Qur'an zaman Mameluk
yang terpandang sampai kepada kita. Ahli kaligrafi terbesar zaman
Mameluk adalah Muhammad ibn al-Wahid, yang meninggalkan kepada kita
salinan al-Qur'an yang unik dalam tulisan Thuluth, yang telah
disinggung, disalin pada tahun 1304 untuk seorang pejabat tinggi Baybar,
yang kemudian menjadi Sultan Baybar II (1308-09).
Tiga ahli
kaligrafi yang tumbuh pada masa panjang pemerintahan aI-Nasir, dan
meninggalkan kepada kita contoh karya sebagai bukti keahliannya yang
hebat dalam kaligrafi, adalah Muhamad ibn Sulaiman al-Muhsini, Ahmad ibn
Muhammad aI-Ansari dan Ibrahim ibn Muhammad al-Khabbaz. Abd aI-Rahman
ibn al-Sayigh tersohor karena menyalin dalam tulisan Muhaqqaq kitab
al-Qur'an yang dikenal paling besar dari zaman Mameluk, yang panjangnya
lebih dari dua meter, dibuat hanya dengan menggunakan pena bambu dan
ditulis dalam waktu singkat, enam puluh hari.
Qur'an ini,
dengan hiasan yang mengagungkan, dibuat pada tahun 1397 untuk Sultan
Barquq, yang setelah dia kekuasaan dinasti Mameluk mulai merosot.
Sekalipun demikian, ukuran kaligrafi yang sangat tinggi tetap
dipertahankan selama hampir satu abad kemudian, seperti dapat dilihat
dari sebuah Qur'an lebar yang disiapkan untuk al-Malik al-Ashraf pada
tahun 1496 oleh Shahin al-Inbitani, yang menyalinnya dalam tulisan
Naskhi besar.Masa dinasti Mameluk adalah masa kemajuan kebudayaan yang
luar biasa, dan para ahli umumnya sepakat bahwa kaligrafi Arab mencapai
puncak kesempurnaannya di Mesir dan Siria pada abad pertama pemerintahan
dinasti Mameluk. Sementara pandangan ini benar bagi seni kaligrafi dan
hiasan al¬Qur'an zaman Mameluk, kemajuan itu juga tercermin dalam
penggunaan bahan kaligrafi seperti logam, kaca, gading, kain, kayu dan
batu.
Penggunaan kaligrafi yang luas ini, yang menarik
perhatian karena cakupan dan bobotnya, membangkitkan lahirnya gaya
Thuluth dan Naskhi khusus, yang selalu dikaitkan dengan masa ini.
Kemunduran dinasti Timurid, yang berlangsung sedemikian cepat menjelang
abad ke-15, memberi peluang dinasti Safawi muncul di bawah pemimpin
mereka yang energetik yang kemudian memperoleh gelar Shah Isma'il
(1502-24). Dinasti Safawi yang bertahan sampai tahun 1736 adalah dinasti
yang paling lama dan jaya yang memerintah Persia dan Iraq. Sekalipun
selalu timbul pertentangan dengan musuh-musuhnya, namun dinasti Safawi
berhasil antara kehidupan budaya Persia ke era baru, yang berpengaruh
langsung kepada perkembangan seni Islam, tidak hanya dalam wilayah
mereka, namun juga di wilayah kerajaan musuh mereka dinasti Usmaniyyah.
Perkembangan kaligrafi yang benar-benar penting terjadi pada masa
kekuasaan Shah Isma'il dan penggantinya, Shah Tahmasp (1524-76). Di
bawah dorongan merekalah tulisan Ta'liq dirumuskan dan dikembangkan
menjadi tulisan yang digunakan penduduk negeri secara luas, yang
kemudian mengarah ke perkembangan tulisan Nasta'liq.
Dari sudut
luas pemakaiannya di kalangan bangsa Persia, Urdu dan yang berbahasa
Turki, dan sumbangan penting mereka terhadap kaligrafi Islam pada
umumnya, dua tulisan yang masih agak muda ini terangkat kedudukannya
menjadi tulisan utama.
Tulisan Ta'liq (gantung), menurut
beberapa sumber Arab, dikembangkan oleh orang Persia dari tulisan Arab
awal yang kurang dikenal, Firamuz, suatu bentuk tulisan kursif yang
sederhana yang dipakai sampai awal abad ke-9. Sekalipun demikian orang
memandang bahwa tulisan Ta'Iiq bisa berkembang menjadi tulisan yang
pasti setelah ditemukannya tulisan Riyasi pada abad ke-9.Perkembangannya
khususnya dipengaruhi oleh tulisan Riqa' dan Ta'Yqi, sedikit banyak
penyimpangannya dihubungkan langsung dengan dua tulisan ini oleh berapa
sumber Persia, dan menganggap penemunya adalah Taj-i Salmani, seorang
ahli kaligrafi dari Isfahan yang tidak begitu dikenal. Sekalipun
demikian, ahlii kaligrafi Abd al-Hayy dari kota Astarabad yang tampaknya
telah memainkan peranan lebih penting dalam perkembangannya awal. Dia
didorong oleh pengayomnya, Shah Isma'il, untuk meletakkan aturan-aturan
dasar tulisan Ta'liq, dan tidak saja mempopulerkan tulisan Ta'liq di
kalangan orang Persia, Turki & India.
Para ahli kaligrafi
Persia segera mengembangkan dari tulisan Ta'liq ke suatu ragam yang
lebih terang dan indah, kemudian dikenal sebagai Nasta'liq, walau pun
mereka terus memakai tulisan Ta'liq untuk naskah monumental dan
peristiwa-peristiwa penting. Para ahli kaligrafi Turki, di lain hal,
selama jangka waktu yang lama tetap mematuhi aturan-aturan dasar Ta'liq
awal. Juga setelah enyerap banyak perubahan yang ditimbulkan oleh
tulisan Nasta'liq, yang mereka terima sebagai perbaikan, orang Turki
tetap mempertahankan nama Ta'liq untuk gaya itu.
Tulisan
Nasta'liq (tersusun dad nama Naskh dan Ta'liq) harus dipandang sebagai
suatu ragam gaya Ta'liq yang dikembangkan di akhir abad ke-15 oleh org
Persia, dan menjadi tulisan Nasional mereka. Semua sumber penting
sepakat bahwa ahli kaligrafi Persia Mir Ali Sultan al- Tabrizi (w. 1416)
adalah pembangun tulisan ini dan berjasa merancang aturan-aturannya
yang kompleks.
Menurut legenda, Mir Ali, sebagai seorang Muslim
yang taat, rajin sembahyang seraya memohon diberi keahlian dalam
menciptakan gaya kaligrafi baru yang indah. Imam Ali, sepupu Nabi dan
Khalifah keempat, kepada siapa semua ahli kaligrafi Islam menghubungkan
silsilahnya, muncul kepadanya dalam mimpi menyarankan kepadanya agar
mempelajari burung tertentu. Segera sesudah itu di dalam mimpinya dia
dikunjungi oleh burung meliwis yang terbang, dan bentuk sayap burung
itulah yang mengilhami model huruf-hurufnya.
Legenda mengenai
garis tebal dan jelas tulisan Nasta'liq dan lengkungan bulatnya g
sempurna diilhami oleh seekor burung yang sedang terbang. Kejelasan
kemurnian geometrisnya secara terpadu memberikan kepada tulisan sra'liq
keindahan yang tampak secara sepintas bertentangan dengan aturannya yang
sangat rumit dan ketat dalam penerapannya.Ada ciri umum tertentu di
dalam tulisan Ta'liq, Nasta'liq dan Riqa'. Di atrnya adalah kenisbian
tinggi ujungnya, Asnan (gigi), pada garis horisontal huruf tertentu
seperti s dan sh, yang kerap mengisi pusat kelukan sebagian huruf, dan
ujung dari sebagian besar huruf yang tidak berhubungan sangat tipis dan
garis-garisnya runcing.
Ciri umum lain adalah bahwa lengkungan
ciptakan perbedaan yang menyolok dalam lebar garisnya, yang berubah
tiba-tiba dari garis sangat besar ke garis paling tipis yang digores
dengan pena yang sarna.
Pada masa kekuasaan Shab Tahmasp (1524-76),
tulisan Nasta'liq menggantikan tulisan Naskhi, dan menjadi tulisan yang
biasa digunakan untuk menyalin antologi, epik dan karya sastra Persia
yang lain. Semenjak pemerintahan Shah Abbas (1588-1629) yang agung ia
dipakai untuk sebagian dr penulisan naskah keduniawiaan Persia,
khususnya naskah yang dihiasi lukisan miniatur.
Walaupun ia
sedikit sekali digunakan oleh bangsa-bangsa yang lain, ia memiliki
pengaruh besar atas perkembangan seni kaligrafi mereka secara umum dan
pada tulisan Naskhi pada khususnya. Baik para ahli kaligrafi Arab maupun
Turki di lingkungan kekhalifahan Usmaniyyah, mengembangkan gaya
campuran baru dari tulisan naskhi kecil yang mirip tulisan yang secara
sederhana disebut tulisan Naskhi Usmaniyyah, dan yang kerap dipakai utk
menulis dan menyalin hasil-hasil karya sastra yang melimpah pd masa
itu.Tulisan Ta'liq dan Nasta'liq jarang dipakai untuk penyalinan
al-Qur'an, & sejauh yang dikenal, hanya satu al-Qur'an besar ditulis
dalam tulisan Nasta'liq. Salinan yang luar biasa indah ini, ditulis
untuk Shah Tahmasp oleh Shah Mahmud al-Nishaburi dalam tahun 1539,
membuktikan kejernihan kekuatan dan keindahan puncak yang dicapai oleh
tulisan Nasta'liq.
Seolah-olah untuk membebaskan kejanggalan
tulisan Nasta'liq dari kelompok huruf Qur'ani yang berpengaruh, dinasti
Safawi berusaha menempatkan perannya dalam seni kaligrafi dan hias
al-Qur'an periode ini memiliki ciri halaman khusus yang dibedakan dalam
dua atau lebih pembagiar. yang terdiri dari huruf-huruf yang ukurannya
sangat berbeda. Kerap pembagian ini sampai tujuh banyaknya, dengan
bentuk vertikal yang dipakai untuk maksud hiasan yang menambah kekayaan
hiasan yang telah ada.
Mir' 'Ali al- Tabrizi diikuti oleh
sederet panjang ahli kaligrafi Muslim yang mengesankan, terutama
ahli-ahli Persia, yang telah meninggalkan kepada kita contoh kaligrafi
Nasta'liq yang berlimpah ruah. Di antara pendekar-pendekar awal tulisan
ini yang perlu dibicarakan secara khusus adalah Abd al-Rahman
al-Khawarizmi, seorang pelopor abad ke-15 yang mencapai kedudukan sangat
tinggi. Dia diikuti dan disaingi oleh dua orang putranya, Abd al-Rahim
Anisi dan Abd al-Karim Padshah.
Pemerintahan Shah Abbas yang
agung di mana kebudayaan Persia mencapai puncak perkembangannya yang
baru, juga merupakan zaman keemasan bagi tulisan Nasta'liq. Ia
menghasilkan sejumlah besar pendekar kaligrafi, paling terkemuka di
antaranya adalah Qasim Shadi, Shah Kabir ibn Uways al-Ardabili, Kamal
aI-Din Hirati, Ghiyath aI-Din al-Isfahani; yang terakhir dan mungkin
paling besar dari generasi ahli kaligrafi Persia ini adalah Imad al-Din
al-Husayni.
Kehormatan yang dinikmati oleh para pendekar
kaligrafi ini bisa digambarkan dengan anekdot bersejarah mengenai 'Imad
al-Din, yang kedudukan sosialnya begitu tinggi sehingga dia berani
menghina tawaran pengayoman dari Shah Abbas, dan menolak permintaannya
untuk membuatkan salinan epik Persia, Shanamah karangan Firdausi.
Shah mengirim uang sedikit sebagai uang muka pesanannya pada tahun
1615, memeriksa buku itu setelah terlupa hampir setahun, tetapi Imad
ai-Din menjawabnya dengan mengirimkan beberapa bab dari halaman pertama
buku, yang menurut anggapannya cukup untuk mengimbangi pembayaran dari
Shah. Ini membuat murka Shah' Abbas sehingga dia tak bisa memaafkan Imad
al-Din, dan segera setelah itu mengirim si ahli kaligrafi ini ke
akhirat.Kaligrafi Arab berkembang di India dan Afghanistan mengikuti
garis yang jauh lebih tradisional. Sebuah tulisan kursif minor disebut
tulisan Behari muncul di India pada abad ke-14, yang ciri utamanya
adalah garis-garisnya lebar, tebal dan horisontal memanjang, yang sangat
berlawanan dengan garis vertikalnya yang kecil dan mempesona.
Huruf-hurufnya mempunyai kerenggangan yang cukup baik dengan kembangan
berupa lengkungan yang terbuka dan mudah dilafalkan, dan kerap ditulis
dengan warna yang aneka ragam, terutama hitam dengan emas, merah dan
biru.
Sekalipun lekuknya jelas, namun tulisan ini!, memiliki
persenyawaan dengan tulisan yang lebih menyudut yang dikembangkan di
Herat Pada awal abad ke-14 sebagai kebangkitan kembali huruf Kufi baku
yang kaku, dan kita bisa menyebutnya Kufi-Herat. Tulisan ini, yang
dipakai di Afghanistan juga mempengaruhi perkembangan tulisan Siyaqat
dinasti Usmaniyyah yang akan diuraikan di bawah ini.
Berjuta-juta Muslim Cina yang memakai tulisan Arab, setidak-tidaknya
untuk tujuan pengajian agama, biasanya mengambil gaya kaligrafi yang
dewasa itu berkembang di Afghanistan, dengan sedikit perubahan. Dengan
tambahan mereka lambat laun mengembangkan tulisan khusus yang disebut
tulisan Sinii (Cina) dengan garis yang sangat indah dan bulatan besar,
kebanyakan dipakai pada keramik dan tembikar Cina.
Gaya
ornamental yang sebenarnya berasal dari tulisan Sini, dengan
mempertahankan kebulatannya, namun mudah dibedakan dengan garis-garis
vertikalnya yang sangat tebal dan hampir segi tiga dibandingkan dengan
garis-garis horisontalnya yang tipis.
Secara keseluruhan, ahli
kaligrafi di India maupun Afghanistan secara langsung dipengaruhi oleh
ahli kaiigrafi Persia. Kaum Muslimin India mengambil tulisan Nasta'liq
sebagai tulisan nasional dan memakainya untuk tulisan Urdu. Namun di
Afghanistan dan bagian-bagian tertentu anak benua India, tulisan Naskhi
yang sedikit mengalami perkembangan terus dipakai. Ciri utama yg bisa
diistilahkan sebagai tulisan Naskhi India, terletak pada huruf2nya yang
lebih berat, tebal dan lebih renggang jaraknya. Lengkungannya hampir
sepenuhnya bulat, memberikan kepadanya kekukuhan yang tidak terdapat
pada tulisan Naskhi yang lazim.Tulisan Thuluth berkembang sepanjang
garis yang sama, dan karenanya ia disebut sebagai Thuluth India.
Perkembangan sepenuhnya dikukuhkan di bawah dinasti Mongol (1526-1857)
yang memerintah India dan Afghanistan.
Kaligrafi khususnya
dijunjung tinggi oleh kaiar Mongol, Babur (w. 1530), Akbar (1556-1605)
dan Jahangir (1605-28). Nama yang terakhir ini sangat mengagumi dan
memperhatikan karya kaligrafi Imad al-Din al-Husayni, sehingga dia akan
membayar tinggi kepada orang yang mempersembahkan contoh hasil tangan
ahli kaligrafi besar Persia ini.
Dinasti Usmaniyyah, yang
memperoleh nama dari pendirinya, terhitung sejak abad ke-14 awal, namun
kerajaannya tidak sepenuhnya mapan sampai mereka menaklukkan dinasti
Mameluk pada tahun 1517, dan mewarisi wilayah mereka di Siria, Mesir dan
Arabia. Segera setelah itu, mereka mampu menyatukan seluruh dunia Arab
ke dalam kerajaannya.
lni mengakhiri lembaran kejaiayaan
kaligrafi Mameluk dan membuka sebuah kaligrafi baru dan mungkin yang
terakhir dalam sejarah kaligrafi Islam. 0leh karena itu dari masa ini
sampai akhir, sejarah seni Islam terkait dengan dinasti Usmaniyyah
Turki. Ini juga berlaku pada seni kaligrafi, yang oleh dinasti
Usmaniyyah dipadukan dan digerakkan agar berkembang dengan kegairahan
dan imaginasi yang luas biasa.
Mereka menjadi tersohor karena
kecintaannya terhadap kaligrafi, dan tanpa terpengaruh oleh pertikaian
dengan musuh bebuyutan mereka di Persia mereka tetap mengagumi tradisi
kaligrafi Persia dan memberlakukan tulisan Ta'liq ke dalam bahasa
mereka. Hubungan yang rapat ini meluas ke bidang seni kaligrafi, tulisan
buku dan penjlidan sehingga dengan peristiwa itu sangatlah sukar
dikatakan dengan pasti apakah sebuah naskah dibuat di Persia atau di
Turki.
Dinasti Usmaniyyah tidak saja menerima sebagian besar
kaligrafi mutakhir Persia & ahli dlm bidang itu, narnun mereka juga
mengembangkan beberapa gaya baru dan benar-benar asli. Mereka menghargai
tinggi kaligrafi Arab, dan merasakan kesuciannya yang sangat mendalam.
Ini tercermin dalam sejumlah besar naskah al-Qur'an yang berhias yang
mereka hasilkan, dalam penggunaan tulisan ornamental yang melimpah di
mesjid-mesjid, sekolah-sekolah dan gedung umum, dan dalam ribuan naskah
kaligrafi karya keduniawian yg masih terdapat di Turki dan di
tempat-tempat lain.Sumbangan terbesar bagi kaligrafi Islam adalah
sumbangan dari Syaikh Hamdullah al-Amasi (w. 1520), yang dipandang
sebagai pendekar kaligrafi terbesar sepanjang masa dinasti Usmaniyyah.
Dia mengajar kaligrafi kepada Sultan Usmaniyyah Bayazid II (1481-1520)
yang sangat menghormatinya dan membayarnya mahal untuk setiap tinta yang
mengalir, sementara Syaikh menulis kalimat-kalimatnya.
Dari
banyak murid berbakat Syaikh Hamdullah yang paling terkenal adalah Ahmad
Qarahisari (w. 1555), yang meninggalkan kepada kita banyak contoh karya
kaligrafinya. Sudah menjadi tradisi di kalangan sultan dinasti
Usmaniyyah utk mengayomi para ahli kaligrafi yang baik dari masa mereka.
Ini mendorong membanngkitnya sejumlah besar ahli kaligrafi pilihan,
yang sebagian besar layak dipelajari secara terperinci.
Namun
di sini kita akan membicarakan 'Uthman ibn 'Ali, yang 1ebih dikenal
sebagai Hafiz 'Uthman (w. 1698), yang tingkatnya hanya nomor dua di
bawah Hamdullah, dan keduanya memimpin deretan ahli kaligrafi terkemuka.
Malahan, semua ahli kaligrafi Turki mencoba menghubungkan rantai
silsilah keahliannya kepada mereka, dan menghormati mereka sedemikian
tinggi.
Perkembangan lebih lanjut ten tang kaligrafi di Turki
dan temp at lain terdorong terciptanya sejumlah tulisan turunan yang
disesuaikan dengan keperluan, dan juga melahirkan penemuan2 aligrafi yg
luar biasa, yang secara keseluruhan ornamental dan terutama dirancang
agar menyenangkan atau memberi kesan menarik.Yang paling penting di
antara gaya-gaya turunan itu ialah Shikasteh, Shikasteh-amiz, Divani dan
Jali. Shikasteh (bentuk patah) dan tulisan ornamental kelompok
Shikasteh-amiz adalah perkembangan tulisan Persia yang bertalian
langsung dengan tulisan Ta'liq dan Nasta'liq. Tulisah Shikasteh
dikatakan sebagai dptaan sejumlah Shafi' dari herat. Walaupun demikian
yang paling tersohor dari tulisan ini adalah Darwish 'Abd al-Majid
Taliqani.
Sebagai tambahan untuk kerabat dekat tulisan Ta'liq
awal, Shikasteh ditandai oleh kepadatannya yang luar biasa, sebagai
akibat sambungan dan garis-garis vertikalnya yang sangat rendah dan
miring, dan juga karena kurangnya tanda huruf hidup. Tulisan itu
kebanyakan dipakai untuk surat-menyurat pribadi dan usaha, dan untuk
tulisan tangan umum bagi bahasa Persia dan Urdu. Shikasteh-amiz sering
dipakai di dalam kekanseliran dan usaha-usaha resmi serupa. Tulisan ini
lebih besar dan kurang padu dibanding Shikasteh, dan biasanya ditulis
pada kertas terang atau berwarna.
Tulisan Divani adalah
perkembangan tulisan Usmaniyyah yang sejajar dengan Shikasteh, dan
khususnya dikembangkan akhir abad ke-15 dari tulisan Ta'liq Turki oleh
Ibrahim Munif. Kemudian ia disempurnakan oleh Syaikh Hamdullah yang
terkemuka, khususnya untuk dipakai di bidang kekanseliran. Tulisan ini
benar-benar kursif dan bersusun-susun, dengan huruf tanpa titik dan di
luar konvensi saling berpadu, dan juga tanpa tanda huruf hidup. Tulisan
Divani juga mengembangkan ragam ornamental yang disebut Divani Jali,
juga dikenal sebagai Humayuni (kerajaan).
Perkembangan tulisan
Jali sepenuhnya dikatakan ditangani oleh Hafiz 'Uthman dan para
muridnya, yang juga menerapkannya terhadap tulisan-tulisan utama yang
lain, semata-mata untuk tujuan ornamental. Ciri utama tulisanJali adalah
melimpahnya hiasannya dengan beragam tujuan dekoratif, yang tidak
memerlukan nilai ejaan apa pun, sehingga secara keseluruhan merupakan
kumpulan susunan yang padat, membentuk persegi panjang lurus atau
melengkung atau bentuk-bentuk geometris lain.Seni menulis ukuran kedl,
yang terutama didasarkan pada tulisan Ghubar, menjadi sangat populer di
masa mutakhir. Para ahli kaligrafi modern menyusutkan tulisan Ghubar
menjadi sedemikian kecil ukurannya, menuliskannya pada obyek yang tidak
lebih besar dari sebutir beras. Naskah lengkap al-Qur'an, yang secara
pasti terdiri dari 77,934 kata, telah ditulis pada sebuah kulit telor
ayam, dan terakhir sekali pada selembar kertas berukuran tidak lebih
dari 55 sampai 45 sentimeter.
Al-Qur'an lengkap yang tidak
lebih besar dari ibu jari dipakai sebagai jimat oleh orang Islam yang
tak terhitung jumlahnya. Jika para ahli kaligrafi paling terkemuka di
bidang ini adalah Isma'il ibn 'Abd Allah, yang lebih dikenal sebagai Ibn
al-Zamakjali (w. 1386) dan Qasim Ghubari (w. 1624), maka para seniman
abad ke-20 juga telah meneapai puncak keahlian itu, termasuk Hasan 'Abd
al-Jawad dari Mesir, yang menulis tiga surah dari AI-Qur'an pada sebutir
gandum; Nasib Makarim dari Libanon, penulis lagu kebangsaan negerinya
yang terdiri dari 287 kata pada sebutir beras; dan Dawud al-Husayini
dari Afghanistan, yang menulis 555 kata pada bidang yang tidak lebih
besar dari satu inci bidang bujur sangkar.
Zulf-i 'arus (ikal
rambut pengantin) adalah gaya yang agaknya berhubungan baik dengan
tulisan Rayhani maupun Nasta'liq. Ia memiliki garis tebal yang ujungnya
meliuk-liuk indah.
Gulzar adalah teknik mengisi bidang di dalam
jenis besar huruf-huruf yang relatif besar dengan maksud memberikan
ragam ornamental, termasuk desain tumbuh-tumbuhan, pola geometris,
lukisan perburuan, gambar, tulisan kecil dan motif